Kenapa Kita Menyebut Nabi Ibrahim Dalam Tahiyat?

shalat
Saat shalat, kita akan menemui duduk tahiyat. Dalam posisi tersebut kita akan membaca do’a tahiyat seperti berikut:
التَّØ­ِÙŠَّاتُ للهِ Ùˆَ الصَّÙ„َÙˆَاتُ Ùˆَ الطَّÙŠِّبَاتُ Ùˆَ السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒَ أيُّÙ‡َا النَّبِÙŠُّ Ùˆَ رَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ Ùˆَ بَرَÙƒَاتُÙ‡ُ . السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙ†َا Ùˆَ عَÙ„َÙ‰ عِبَادِ اللهِ الصَّالِØ­ِÙŠْÙ†َ . أشْÙ‡َدُ أنْ لاَّ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ الله Ùˆَ أشْÙ‡َدُ أنَّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا عَبْدُÙ‡ُ Ùˆَ رَسُÙˆْÙ„ُÙ‡ُ . اللّÙ‡ُÙ…َّ صَÙ„ِّ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ Ùˆَ عَÙ„َÙ‰ آلِ Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ ÙƒَÙ…َا صَÙ„َّÙŠْتَ عَÙ„َÙ‰ اِبْرَاهِÙŠْÙ…َ Ùˆَ عَÙ„َÙ‰ آلِ اِبْرَاهِÙŠْÙ…َ . Ùˆَ بَارِÙƒْ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ Ùˆَ آلِ Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ ÙƒَÙ…َا بَارَÙƒْتَ عَÙ„َÙ‰ اِبْرَاهِÙŠْÙ…َ Ùˆَ آلِ اِبْرَاهِÙŠْÙ…َ . Ø¥ِÙ†َّÙƒَ Ø­َÙ…ِÙŠْدٌ Ù…َّجِÙŠْدٌ .
(Attahiyya-tu Lilla-hi wash shalawa-tu wath thayyiba-tu was sala-mu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatulla-hi wa Baraka-tuh. Assala-mu ‘alaina- wa ‘ala ‘iba-dilla-hish sha-lihi-n. Asyhadu alla- ila-ha illalla-h wa asyahadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasu-luh. Alla-humma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala a-li Muhammad kama- shallaita ‘ala ibra-hi-ma wa ‘ala a-li ibra-hi-m. wa ba-rik ‘ala Muhammad wa a-li muhamad kama- ba-rakta ‘ala ibra-hi-m wa a-li ibra-hi-m. innaka hami-dum maji-d)
Dalam bacaan tahiyat diatas terdapat kalimat yang berbunyi “kama- shallaita ‘ala ibra-hi-ma wa ‘ala a-li ibra-hi-m dan kama- ba-rakta ‘ala ibra-hi-m wa a-li ibra-hi-m“.
Namun, pernahkah Anda berpikir mengapa dalam bacaan tersebut disebutkan nama Nabi Ibrahim? dan kenapa bukan Nabi yang lain? Ternyata dibalik itu semua ada kisah didalamnya, dan kisah ini bermula ketika Allah pertama kali menciptakan Nabi Adam.
Setelah Allah menciptakan manusia pertama yaitu Adam AS, kalimat pertama yang dilihat oleh Nabi Adam adalah kalimat syahadat yang berbunyi,
لا إله إلا الله محمد رسول الله
(Laa illaha illallah, muhammad-ar-rasulullah)
Lalu, Nabi Adam bertanya kepada Allah tentang siapakah sosok Muhammad itu? lalu Allah menjawab pertanyaan Nabi Adam. Allah menjawab bahwa dia (Muhammad) adalah rasul terakhir atau penutup para rasul dan nabi, dan dia (Muhammad) adalah yang paling mulia diantara semua rasul. Umat Rasulullaj juga diberi kemuliaan atas umat-umat yang lain.
Dikisahkan bahwa Nabi Adam berkata: “Sesungguhnya, Allah memberi 4 macam kemuliaan kepada umat Muhammad SAW yang tidak diberikan kepadaku, yaitu:
  1. Penerimaan taubatku di Makkah, sedangkan umat Muhammad boleh bertaubat dimanapun.
  2. Aku berpakaian ketika melakukan dosa, kemudian Allah menjadikanku telanjang bulat. Sedangkan umat Muhammad tetap diberi pakaian meski mereka durhaka kepada Allah dalam keadaan telanjang.
  3. Ketika aku berbuat dosa, Allah memisahkan aku dengan istriku (Hawa). Sedangkan ketika umat Muhammad berbuat dosa, mereka tidak dipisahkan dengan istrinya.
  4. Aku berbuat kesalahan di surga, lalu Allah mengusirku dari surga. Sedangkan umat Muhammad melakukan dosa diluar surga, tetapi Allah tetap memasukkannya kedalam surga jika ia bertaubat.
Kemudian Nabi Adam memohon kepada Allah supaya ia diberi anugerah oleh Allah, yaitu ia cukup ingin menjadi umat Muhammad SAW. Namun, Allah menolak permintaan Adam.
Begitu juga dengan nabi-nabi yang lainnya seperti Nabi Musa. Sehingga Allah sendiri menegur Nabi Musa agar ia ridha dengan segala sesuatu yang Allah telah karuniakan kepadanya. Banyak nabi yang memohon kepada Allah agar bisa menjadi umat Muhammad, namun tidak ada satupun yang Allah kabulkan.
Begitu pula Nabi Ibrahim, saat beliau memohon agar dapat menjadi umat Muhammad, Allah menolak permintaannya. Namun, Allah menjanjikan kepada Ibrahim bahwa Nabi Muhammad akan lahir dari garis keturunannya.
Selain itu, nama Ibrahim juga akan selalu disebut-sebut oleh Rasulullah dan umatnya setiap saat. Oleh karena itu, dalam setiap shalat kita selalu menyebutkan nama Ibrahim dalam setiap tahiyat. Seperti yang telah Allah janjikan kepada Ibrahim bahwa namanya akan selalu disebut-sebut oleh umat Rasulullah SAW.
Inilah yang disebut sebagai solawat Ibrahimiyah, solawat yang sering kita baca dalam solat. Ibnu Taimiyyah berkata, “Sholawat yang paling sempurna untuk Rasulullah adalah Sholawat Ibrahimiyah…”.
ا اللّÙ‡ُÙ…َّ صَÙ„ِّ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ Ùˆَ عَÙ„َÙ‰ آلِ Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ ÙƒَÙ…َا صَÙ„َّÙŠْتَ عَÙ„َÙ‰ اِبْرَاهِÙŠْÙ…َ Ùˆَ عَÙ„َÙ‰ آلِ اِبْرَاهِÙŠْÙ…َ . Ùˆَ بَارِÙƒْ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ Ùˆَ آلِ Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ ÙƒَÙ…َا بَارَÙƒْتَ عَÙ„َÙ‰ اِبْرَاهِÙŠْÙ…َ Ùˆَ آلِ اِبْرَاهِÙŠْÙ…َ . Ø¥ِÙ†َّÙƒَ Ø­َÙ…ِÙŠْدٌ Ù…َّجِÙŠْدٌ